Momentum Pilkada Garut 2022 untuk Imas Aan Ubudiah

TOKOH DAN OPINI2,312 views

Oleh : Tata Ansorie (Pimpinan Umum)

SEPERTI tulisan sebelumnya, saat ini kondisi Garut cukup devisit ketokohan terutama untuk menghadapi pilkada tahun 2022. Nama – nama yang muncul dan memiliki basis  di publik hanya beberapa orang, itu pun masih tokoh lama. Berbeda dengan pilkada 2008 dan 2013, kompetisi elektoral tiap tokoh cukup ketat.

Hanya saja nama teh Hj. Imas Aan Ubudiah sangat menarik untuk ditonjolkan dan masuk dikontestasi panggung pilkada Garut. Memang sosok aktivis perempuan ini tidak asing, apalagi pernah pula tampil mencalonkan sebagai wakil kepala daerah berpasangan dengan H. Agus Supriadi. Kendati akhirnya gugur di tengah jalan karena dianggap tak lengkapnya persyaratan administrasi.

Hj. Imas Aan Ubudiah tak memiliki cidera politik apalagi masalah hukum di Garut. Karirnya tetap cemerlang, ditunjang kesholehahannya yang membentuk jati dirinya tetap memiliki kharisma.

Ada beberapa alasan, bahwa pilkada dkemudian hari merupakan momentum bagi teh Imas Aan Ubudiah. Sekalipun kesempatan mencalonkan diri kemarin pernah dilakukan, tetapi belum menjadi momentum yang tepat bagi dirinya sekalipun pendukungnya tak sedikit. Kali ini berbeda, minusnya ketokohan di Garut menjadi peluang besar merebut simpatik publik mendukung dirinya.

Beberapa peristiwa yang memenangkan perempuan dalam sejumlah kontestasi. Sebut saja contohnya Hj. Diah Kurniasari menunggangi partai Nasdem di Kabupaten Garut. Begitu juga Dra. Hj. Euis Ida Wartiah, M.Si memimpin punggawa partai Golkar, sekaligus memimpin DPRD Garut. Di Jawa Barat, ada tiga daerah yang dipimpin oleh perempuan. Yaitu, Ade Uu Sukaesih menjadi Walikota Banjar, Anne Ratna Mustika istri Dedi Mulyadi menjadi bupati Purwakarta menggantikan suaminya, Ade Munawaroh Yasin menjadi bupati Bogor. Bahkan di Indonesia ada 14 kepala daerah yang dipimpin oleh perempuan.

Momen keterwakilan perempuan pun diikuti oleh kabupaten Bandung yang akan menggelar pilkada pada 9 Desember 2020. Dari tiga pasangan calon yang akan manggung, ada dua orang perempuan sebagai calon bupatinya. Yakni, Hj. Yena Iskandar Masoem, S.Si.Apt yang berpasangan dengan Atep (mantan pemain Persib) dan Hj. Kurnia Agustina berpasangan dengan Drs. Usman Sayogi JB, M.Si.  Sekalipun belum dipastikan siapa pemenangnya, tetapi keterwakilan perempuan kali ini benar-benar menjadi momentum.

Tentu ada catatan tersendiri untuk kabupaten Garut. Untuk Hj. Diah Kurniasari, belum ada momentum jika harus mencalonkan diri baik sebagai kepala daerah maupun wakil. Selain partai Nasdem tak memiliki kursi di DPRD, artinya Hj. Diah harus berupaya mencari parpol. Hal itu tentunya, Hj. Diah sendiri memahaminya sehingga ia sempat mengutarakan tak akan mencalonkan diri.

Demikian juga bagi Hj. Euis Ida. Momentum menjadi ketua DPRD Garut dan ketua DPD Golkar, bukan serta merta menjadi momentumnya untuk mencalonkan di Pilkada Garut nanti. Puncak karir Hj. Euis Ida sepertinya berada di momentum Anggota DPRD Provinsi maupun DPR-RI. Sekalipun demikian, potensi mencalonkan di Pilkada sangat terbuka karena di daerah sebagai pengendali partai.

Khusus untuk teh Imas Aan Ubudiah, ia dipandang lebih mulus mengingat tidak memiliki jabatan di Garut yang mempengaruhi kebijakan publik. Sehingga, sepak terjangnya tak menjadi pantauan pertimbangan diterima tidaknya oleh publik. Di internal partainya pun yakni PKB sepertinya sudah clear, tak pernah ada gesekan di internal. Ia kader yang baik tak pernah neko-neko.

Momentumnya sangat tepat buat teh Imas Aan Ubudiah, seperti beberapa alasanya diutarakan di atas. Gender sedang trend memiliki tempat di pilkada, teh Imas memiliki partai yang kuat, garis basis dan pendukung besar, hirarki hubungan partai ke atas terbangun sangat baik, Namanya bersih tak ada keterkaitan dengan kebijakan publik, intelek, kharismatik, dan memiliki modal.

Momentum teh Imas tak harus menjadi bupati, mengambil wakil bupati pun sangat baik. Apalagi di Garut masih ada yang mempertimbangkan kepemimpinan kepala daerah oleh perempuan, maka sangat bijaksana jika mengambil wakil. Hanya saja, perlu hitungan yang matang dalam mengambil keputusan dalam menjatuhkan pasangan calon bupatinya. Karena minimnya ketokohan calon, mesti konsultasi dengan orang yang tepat atau sangat penting menggunakan jasa konsultan. Jika membaca hari ini, sepertinya teh Imas sendiri sudah memperkirakan siapa tokoh calon kepala daerah yang elektoralnya di atas yang lain. Tentu pula, jika teh Imas memilki minat mengambil memontum ini, mulai tahun 2021 harus mulia bekerja.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *