Menakar Ketokohan Calon Bupati Garut Tahun 2022

TOKOH DAN OPINI4,796 views

Oleh : Tata Ansorie (Pimpinan Umum Harian Garut News)

Kendati dalam situasi pandemi covid-19 dan carut marut perekonomian di masyarakat, perbincangan pilkada Garut ke depan sudah mejadi perbincangan sejumlah penggerak partai dan tokoh aktivis. Gerakan masiv pun sudah mulai tercium, siapa saja yang berhasrat dan menggalang komunikasi dengan beberapa pihak yang dianggap mampu melegimitasikan ke beberapa partai politik.

Pilkada Garut kemungkinan besar akan digelar tahun 2022, seperti informasi yang diterima dari orang dalam KPU Garut, Pilkada bupati akan dilaksanakan tahun 2022 mengingat tahun2024 hanya pemilu legislatif yang digelar. Alasan digelar lebih maju, yang semestinya tahun 2023 tetapi dianggap terlalu mepet menuju pemilu 2024.

Bicara pilkada Garut, estafet ketokohan saat ini dianggap lamban sehingga ketokohan masih dipandang devisit. Berbeda dengan perhelatan politik tahun-tahun sebelumnya, Garut cukup surplus ketokohan baik dari dalam internal partai politik maupun luar.

Beberapa tokoh yang dipandang masih mendominasi kelayakan mencalonkan diri diantaranya Wakil Bupati Garut dr. Helmi Budiman dari PKS yang digadang-gadang memiliki elektabilitas yang sangat kuat dan belum ada tandingannya. Kemudian Dra. Hj. Euis Ida Wartiah, M.Si (Golkar), selain karir politiknya sedang berada diatas, ia bisa menjadi pilihan di internal partainya. Adapula istri bupati Garut Hj. Diah Kurniasari yang dipercaya menungganggi pucuk pimpinan partai Nasdem, dikabarkan akan maju melalui partai lain yang rumornya telah dikomunikasikan. Adapun H. Agus Hamdani (PPP), Enan (Gerindra), Dadan Hidayatullah (PKB), Yuda Puja Turnawan (PDIP), Ahmad Bajuri (Demokrat), Babay Tamimi (PAN), sepertinya masih berpikir-pikir untuk melaju.

Diluar partai politik, ada nama Rektor Uniga  Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng yang cukup besar namanya dan sangat pantas untuk maju mencalonkan diri sebagai perwakilan akademisi. Kendati muara kepartaiannya PKB dan bisa menjadi perhelatan panas di internal karena ada beberapa kader lain pula, Syakur Amin dapat mencalonkan atau dicalonkan oleh partai lain.

Dari pengusaha muda pun riaknya sudah muncul, kendati tidak sekencang lainnya. Ada Ervin Lutfi yang sudah menata karir politiknya di partai Gerindra yang mencalonkan diri di DPR-RI dan sempat terhempas diganti oleh Mulan Jameela, bahkan telah dicoret oleh partai Gerindra sendiri. Tetapi sepak terjangnya rumor menjadi perhatian petinggi DPP salahsatu partai . Ada Irvan Faza yang telah mengibarkan bendera pencalonannya di konvensi partai Demokrat dan mencalonkan diri di DPR-RI dari partai Gerindra. Ada pula H. Yudi Nugraha Lasminingrat yang nampaknya telah kecantol untuk mencalonkan diri pula. Sebagai kader PPP, kita masih menunggu dan melihat perkembangannya.

Kemudian dari kalangan birokrat, kabarnya mantan Kepala dinas Lingkungan Hidup, H. Uu Saepudin yang akan pensiun tahun depan akan mencalonkan diri pula. Infonya, Ia akan membesut partai Demokrat sebagai kendaraannya. Belum ada informasi mantan sekda H. Iman Alirahman apakah akan manggung kembali seperti pilkada tahun kemarin.

Siapapun boleh-boleh saja dan memiliki hak untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah, sepanjang memenuhi syarat dan tentunya memiliki kemampuan modal, baik modal mendaftar ke partai politik maupun dari perseorangan atau independent. Hanya saja seperti diceritakan diatas, Garut devisit ketokohan. Bagi pemula, perlu bekerja dari sekarang untuk mendapat empati partai maupun publik. Salahsatunya tidak ada jalan kecuali melibatkan jasa konsultan untuk mencapai populatiras, akseptabilitas dan elektabilitas.

Jika dr. Helmi Budiman yang saat ini menjabat wakil bupati Garut dipandang paling memiliki porsi sebagai calon bupati kuat dan diterima publik, tentu untuk mengambil pasangan calon wakilnya pun harus memiliki kemampuan mendongkrak pemilih pula. Mulai dari syarat keutamaan modal finansial, memiliki jaringan kebawah diluar jaringan yang telah dimiliki Helmi Budiman (baik organisasi keagamaan, maupun kemasyarakatan lainnya), pasangan wakil bisa dari partai politik, pengusaha maupun akademisi.

Sedikit flashback perjalanan pilkada Garut yang mungkin diakhir akan mendapatkan kesimpulan dalam mengurai politik di Garut. Pada pilkada 2004, masyarakat belum dilibatkan langsung dalam menentukan calon kepala daerah yang akan jadi karena pemilihannya masih oleh partai politik. Tetapi situasi politik di partai sangatlah panas dan tentunya melibatkan element publik melalui ketokohan.

Saat itu ada 4 pasangan calon yang maju. Diantaranya, 1. Dede Satibi – Wawan Safei 2. Rudi Gunawan – Mahyar Suara 3. Agus Supriadi – Memo Hermawan 4. Dedi Suryadi – Rahmat Sudjana. Sekalipun dipilih oleh partai politik yakni 45 anggota dewan, tetapi pemilihannya ada putaran kedua. Kedua pasangan yang lolos diputaran berikutnya pasangan Dede Satibi – Wawan Safei dan Agus Supriadi – Memo Hermawan. Pada akhirnya pasangan Agus Supriadi – Memo Hermawan sebagai pemenangnya.

Dalam catatan tulisan wartawan senior Mustafa Fatah, di Pilkada 2004 hampir seluruh partai dan fraksinya di DPRD tidak terhindar dari konflik. Golkar yang diincar Iyos Somantri dan Dede Satibi ternyata jatuh ke tangan Agus Supriadi, PKB yang semestinya memajukan ketua DPC-nya Ali Rahman malah diberikan ke Dede Satibi. PPP pecah, Sebagian ke Dedi Suryadi, Sebagian lagi ke Wawan Safei. PAN pun sama, yang tadinya akan menyandingkan Rudi Gunawan –  Ate Tohi, tiba-tiba Mahyar Suara protes. Hanya PDIP yang tidak konflik, karena hanya mencalonkan Memo Hermawan.

Pilkada 2008. Ada 7 pasangan calon yang ditetapkan oleh KPU Garut, dari indepeden 3 pasangan yakni Aceng HM Fikri – Dicky Candra, Abdul Halim – Nandang Suhendra dan Sali Iskandar – Asep Kurnia Hamdani. Sementara dari partai politik ada 4 pasangan calon yaitu, Aceng Wahdan Bakri (PPP) – Helmi Budiman (PKS), Rudy Gunawan (Golkar) – Oim Abdurohim (PDIP), Harliman – Alirahman (P.Demokrat, PKB, PBR, Pelopor), Syamsu Djayusman (PAN) – Hudan Mushafudin (PBB).

Diluar dugaan, masyarakat pemilih lebih mempercayakan suaranya untuk pasangan independent daripada ke partai politik. Pasangan Aceng Fikri – Dicky Candra dinyatakan menang setelah bertarung diputaran kedua melawan pasangan Rudi Gunawan – Oim.

Pilkada 2013. Ada 10 pasangan calon yang bertarung. 4 pasangan dari independent, Drs. H. Dedi Suryadi, BE, M.Si – Deddy Dores, H. Yamin Supriatna – H. Dadan Ramdani, ST,  H. Sirojul Munir – dr. H. Iwan Suwarsa, M.Kes, Dede Kusdinar – Drs. Endang Suryana. Adapun dari partai politik ada 6 pasangan. Yaitu, Memo Hermawan – Ade Ginanjar, S.Sos, H. Agus Hamdani, GS, S.P.dI – Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng, Drs. H Nadiman –  Rd. H. Holil Aksan Umarzen, Brigjen (Purn) H. saeful Anwar, SE – H. Sherly Besi, S.Sos, H. Rudi Gunawan, SH, MH, MP – dr. H. Helmi Budiman, Ahmad Bajuri – An An Kusmaradian.

Pilkada ini dimenangkan oleh pasangan H. Rudi Gunawan, SH, MH, MP – dr. H. Helmi Budiman yang mendulang suara diputaran kedua mengalahkan pasangan H. Agus Hamdani, GS, S.P.dI – Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng.

Pilkada 2018. Ada 4 pasangan calon yang ditetapkan oleh KPU Garut, yakni 1 pasangan independent Suryana – Wiwin Suwindaryati. Dan 3 pasangan partai politik, yaitu H. Rudi Gunawan, SH, MH, MP – dr. H. Helmi Budiman, H. Iman Alirahman, SH – Dedi Hasan, dan H. Agus Hamdani, GS, S.P.dI – Pradana Aditya Wicaksana.

Di Pilkada ini lagi-lagi dimenangkan oleh pasangan H. Rudi Gunawan, SH, MH, MP – dr. H. Helmi Budiman, tanpa dilalui putaran kedua karena aturan pilkadanya yang mengatur demikian.

Menariknya disini, perolehan suara dr. Helmi Budiman tidak pernah kecil. Artinya Helmi Budiman memiliki basis sendiri atau simpul suara yang terpelihara. Dua kali memenangkan pilkada Bersama Rudi Gunawan dan tahun 2008 pasangan dengan Aceng Wahdan pun memiliki suara besar yaitu 193.341 suara. Pilkada 2013 memperoleh 524.164 suara dan pilkada 2018 memperoleh 428.113 suara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *