Tak Ada Sosialisasi, PSBB di Garut Amburadul

FOKUS6,902 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Ketua Masyarakat Transparansi Jawa Barat (Mata Jabar), Iyep S. Arrasyid mengatakan Pemkab Garut kurang melakukan sosialisasi terhadap penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Buktinya, terjadi kemacetan luar biasa pada awal diberlakukan PSBB di Kabupaten Garut.

Dikatakan Iyep, pada prinsipnya dirinya mendukung adanya PSBB tersebut mengingat pemberlakuannya merupakan upaya dari pemerintah untuk memutus mata rantai pandemi Covid-19.

“Saya kira tidak semua wilayah di Kabupaten Garut diberlakukan PSBB. Hanya wilayah-wilayah tertentu saja yang masuk zona merah di Garut diberlakukan, namun kami melihat penerapan PSBB di Garut terkesan amburadul,” ungkap Iyep S. Arrasyid, Rabu (06/05).

Dia mengatakan, padahal dengan diberlakukan PSBB tersebut, diharapkan masyarakat mematuhi imbauan pemerintah dalam memutus pandemi Covid-19.

“Sekarang saja sudah banyak untuk masyarakat menggunakan masker dan cuci tangan di beberapa tempat strategis di Garut. Ini membuktikan bahwa masyarakat sadar akan ancaman pandemi Covid-19,” jelasnya.

Namun sayangnya, kata Iyep, pada awal pemberlakuan PSBB ternyata kemacetan luar biasa di wilayah kecamatan-kecamatan yang di PSBB, terutama yang terjadi pada siang tadi di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Garut Kota.

“Masyarakat masih belum tahu kapan diberlakukannya PSBB tersebut. Masyarakat yang berasal dari luar kota Garut dan memiliki kepentingan publik banyak menuju ke Garut Kota. Sehingga ada antrean luar biasa di Jalan Ahmad Yani, Jalan Ciledug, Jalan Cimanuk dan sekitarnya,” sambungnya.

Seharusnya, sambung Iyep, Pemkab Garut sebelum diberlakukannya PSBB tersebut melakukan sosialisasi terlebih dahulu agar masyarakat siap ketika hal tersebut diberlakukan di Garut.

“Waktu sosialisasi nyaris tidak ada. Padahal perlu jauh-jauh hari dibuka dipublik seperti apa itu PSBB. Jangan tiba-tiba memberlakukannya sehingga tanpa ada sosialisasi sama sekali,” jelasnya.

Kurangnya sosialisasi tersebut, lanjut Iyep, dibuktikan ketika pertama PSBB diberlakukan, jumlah pasien rekatif covid-19 tidak menunjukkan adanya penurunan.

“Buktinya tambah ada 5 pasien reaktif Covid-19,” jelasnya. (Igie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *