Zamzam Zomantara Aktifis Lingkungan, Pertanian Kini Seolah Kehilangan Pamornya

FOKUS, SEPUTAR GARUT1,836 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Diskusi interaktif bertemakan Kwalitas Pertumbuhan Ekonomi Lokal kunci kemandirian bangsa yang di gelar Yayasan Dalima Nusantara, di Jemani Resto, Jalan Raya Cipanas, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, beberapa waktu yang lalu. Ketua Gerakan Garut Menggugat (G3), Zamzam Zomantara, mengatakan, harapan dari kegiatan tersebut supaya menjadi api sebagai stimulus bagi Pemerintah untuk bertindak dan memikirkan tentang kemajuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga bisa berdaya saing dan tidak kalah oleh pengusaha luar yang berkiprah di Kabupaten Garut.

Menyikapi pembahasan acara tersebut Zamzam Zomantara, yang sekarang menjadi salah satu aktifis lingkungan ini, menuturkan, isu pangan tidak hanya menjadi isu ekonomi, namun juga telah menjadi komoditas politik.

“Menyikapi kajian yang dibahas pada acara beberapa bulan lalu, di Indonesia, isu pangan tidak hanya menjadi isu ekonomi, namun juga telah menjadi komoditas politik. Bukan rahasia lagi bahwa urusan pangan kerap berkelindan dengan urusan politik,” ujar Zamzam, Jum’at (10/04).

Lanjut dikatakan Zamzam, satu contoh misalnya kebijakan impor beras yang lebih merupakan bentuk kebijakan politis ketimbang kebijakan yang mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan ekonomi nasional.

“Maka, membenahi persoalan pangan, apalagi terkait mewujudkan agenda kedaulatan pangan tidak merupakan pekerjaan yang membutuhkan political will,” katanya.

Masih kata Zamzam, menegakkan kembali modal sosial masyarakat terutama rasa saling percaya antara masyarakat dan Pemerintah, kondisi masyarakat yang dulunya mengandalkan sifat toleransi saling percaya dan gotong royong kini berubah menjadi rasa saling mencurigai antar etnis, suku, agama bahkan partai politik.

Dalam pandangannya, luas lahan pertanian itu dipastikan akan terus menyusut seiring dengan meningkatnya jumlah populasi yang tentu menambah kebutuhan akan lahan hunian. Alih lahan pertanian menjadi lahan hunian adalah problem klasik yang terus menggerus angka produksi pangan kita. Diperlukan kebijakan radikal dari pemerintah agar lahan pertanian tidak dengan mudah dikonversi menjadi lahan hunian.

Ketua G3 ini juga menyayangkan, pertanian kini seolah kehilangan pamornya, padahal di era 1970-an ketika pertanian menjadi sektor primadona. Hal ini terlihat dari menurun drastisnya antusias anak muda untuk menekuni profesi petani. Jurusan pertanian di sejumlah universitas pun kini cenderung sepi peminat. Pendek kata, imbuhnya, menjadi petani bukanlah pilihan untuk meraih masa depan.

“Sadar akan potensi kekayaan Garut yang bisa diangkat dan diberdayakan, saat ini saya sedang menggarap lahan 100 ha di Gunung Bale Kambang, Sudalarang, Garut. Minimal kopi, bako, sampeu mah kita bisa namam, ngolah sampe siap pasar ku urang sorangan. Inilah yang disebut meniti jalan untuk swasembada pangan,” pungkasnya. (Bulan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *