Perawat Covid-19 Puskesmas Wanaraja Garut : Mereka Tidak Tahu, Sebenarnya Kamipun Takut

FOKUS43,466 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Merebaknya Novel Corona Virus yang pertama kali teridentifikasi di Wuhan, Tiongkok, bukan hanya membuat masyarakat khawatir, tapi juga para tenaga medis. Khususnya perawat dan dokter yang berhubungan langsung dengan penderita, mereka menjadi pihak-pihak yang sangat rentan terjangkit karena melakukan kontak langsung dalam proses perawatan.

Seperti yang dituturkan Wakil Bupati Garut, dr Helmi Budiman, penambahan korban meninggal kasus ini yang berlangsung cepat dan sudah menyebar ke berbagai negara membuat semua pihak patut waspada. Bahkan saat ini sudah ada beberapa tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi Virus Corona termasuk perawat.

“Sebagai salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan, perawat merupakan tenaga kesehatan yang sangat beresiko terpapar virus ini sehingga harus dilakukan antisipasi supaya perawat juga tidak menjadi korban. Salah satunya wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mulai dari masker, kacamata, sarung tangan dan lainnya,” ungkap Helmi Budiman di Gedung Command Center Garut.

Terpisah, saat hariangarutnews.com menemui salah seorang perawat di Puskesmas Wanaraja, Kabupaten Garut, Eka Widia Rini S Kep Ners menuturkan pengalamannya. Sebelum wawancara dimulai, tampak dia menyeka keringat di dahinya saat mengenakan ‘baju astronaut’ itu. Diajak berbincang di tengah kesibukannya, Eka mengaku gemetar dan cemas saat ditunjuk sebagai perawat yang akan melakukan observasi pada salah satu pasien dengan status Orang Dengan Pemantauan (ODP).

“Pertama-tama sih takut, tapi berjalannya waktu sekarang sudah engga. Saya pasrahkan kepada Allah, jadi semua itu kita lakukan dengan rasa senang dan tenang. Keluarga juga sempat cemas, saat mengetahui kalau virus itu sudah memakan korban meninggal dunia,” terang Eka Widia Rini.

Dia menyebut dalam sehari harus bersabar diri, dua jam menahan panas, saat mengenakan jubah Alat Pelindung Diri (APD).

“Panas sekali, saat dibuka baju saya basah semua, seperti mandi keringat. Mencuci tangan dengan air mengalir dan hand sanitizer sangatlah wajib. Masker yang digunakan juga ikut diganti setiap hari. Pakaian bertugas sudah pasti harus tetap bersih setiap jam,” terangnya.

Eka menceritakan bagaimana perawat dituntut untuk pintar-pintar menghadapi keluarga dan pasien virus corona dalam kondisi darurat bencana ini.

“Kami maklumi, mereka tidak tahu. Dalam bertugas, kami bersama rekan-rekan perawat dan dokter pun sebenarnya melebur melupakan rasa takut. Kami sudan totalitas, bahkan sudah lupa dengan keselamatan diri sendiri. Pekerjaan kami saat ini boleh dibilang overload. Selain sudah dikucilkan oleh keluarga dan tetangga, kami juga menyadari bahwa kami juga bisa saja membawa virus kepada keluarga,” ungkapnya.

Di penghujung obrolan, sembari tersenyum ia menegaskan kembali seluruh upaya yang dilakukannya demi tugas kemanusiaan yang harus ia jalani sesuai janji profesinya. Agar jumlah tertular penyakit Covid-19 tidak semakin banyak, Eka berharap masyarakat mematuhi imbauan pemerintah. Yaitu menghindari tempat-tempat keramaian, tinggal di rumah, dan menerapkan social distancing.

“Penting pula menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan. Jika masyarakat tidak bisa tertib, otomatis jumlah korban bertambah dan dampaknya adalah para perawat yang berada di garis depan. Kalau memang mereka mau menghargai dan mencintai kami sebagai seorang perawat, tolonglah, ikuti apa imbauan dari Pemkab Garut,” pungkasnya. (Ndy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *