Selama Hidupnya Ditemani 4 Ekor Kucing, Gadis Sukawening Garut Lumpuh Sejak Kecil

SEPUTAR JABAR1,265 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Sebut saja bunga namanya. Ia berusia 38 tahun atau tepat tanggal lahirnya 23 September 1982 bersamaan dengan meletusnya gunung Galunggung. Bunga hidup sendirian menempati rumah adiknya di kampung Sukawening Rt.03/02 desa Sukawening kecamatan Sukawening.

Fisik Bunga tak sewajarnya orang-orang pada umumnya, seluruh tubuhnya lumpuh sehingga sehari-harinya hanya tinggal di rumah. Kedua orang tuanya telah pisah, mereka pun cukup kesulitan dalam hidupnya. Sehingga hidup Bunga untuk makan, kerap dikasih neneknya yang tempat tinggalnya tak jauh.

“Lumpuhnya bunga bukan dari lahir, tapi sejak kecil ia sakit dan tak sembuh sampai sekarang hingga mengalami kelumpuhan. Kata dokter akibat terkena virus letusan gunung Galunggung yang menghantam syaraf tulang belakang. Dulu sudah puluhan kali keluar masuk rumah sakit”, ujar Dede orang tuanya, saat menceritkan Bunga, Senin (30/3).

Bunga benar-benar tak mampu berjalan, bahkan berdiri sekalipun. Aktifitasnya hanya merangkak, baik dari tempat tidur ke ruangan tengah maupun ke kamar mandi. Tangannya pun tak begitu kuat untuk menggengam, paling hanya bisa makan dan mengangkat benda yang ringan.

Bunga hanya ditemani 4 ekor kucingnya yang ia pelihara sejak kecil. Ke empat kucngnya nampak mulus dan sehat, ia begitu telaten dan sangat menyayangi kucingnya tersebut. Kata Ayahnya yang sesakali menengok anaknya, Bunga sering mengobati kucing yang sedang sakit milik orang lain, jika sudah sehat, kucing tersebut dikembalikan ke sipemilik atau dilepasnya.

Saking dekat dengan keempat kucingnya, Bunga tak merasa hidup sendirian, sehari-harinya ia bermain dengan peliharannya. Kucingnya pun terlihat memahami kondisi tuannya tersebut, mereka pun tidak membuang kotorannya sembarangan. Jika tidak ditempat yang sudah disediakan, atau mereka ke tempat kamar mandi.

Konidisi demikian, Bunga luput dari perhatian pemerintah, tak ada bantuan apapun yang menopang kehidupannya. Mungkin ada ketertutupannya dari pihak keluarga sehingga pemerintah tidak mengetahuinya. Hanya saja orang tua Bunga pun pasrah, menganggap sudah biasa dengan kondisi fisik dan ekonomi anaknya.

“Pasrah saja, mau bagaimana lagi nasib orang kecil seperti kami gak bisa berbuat apa-apa”, kata Dede. (Husni)**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *