Fenomena Anaka Punk, Ini yang Dilakukan Kades Cintaasih dan Kanit Sabhara Polsek Cisurupan Garut

SEPUTAR GARUT2,010 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Punk merupakan subkultur yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Punk dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an, juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Kelompok ini merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

Kanit Sabhara Polsek Cisurupan Bripka Sutriyono didampingi Kepala Desa (Kades) Cintaasih Kecamatan Cisurupan Asep Rahmat Hidayat, atau sapaan akrab Abek, saat sedang melintas di Jalan Raya Cisurupan, mendapati anak-anak punk yang sedang berkumpul, nongkrong di teras pertokoan yang berada di wilayah hukum Polsek Cisurupan, Jumat (31/01).

“Saya dan pak Kades, menyambangi lalu mendata, mereke diberi pembinaan serta penyuluhan agar mereka semua tidak terlibat dari tindak kriminalitas atau yang sifatnya melanggar hukum serta tidak mengkomsumsi minuman keras, oplosan dan Narkoba yang dapat merusak kesehatan bahkan merenggut nyawa,” ucap Sutriyono.

Dari pengakuannya, lanjut Sutriyono, mereka itu tidak mau disebut anak punk, tapi manusia yang berjiwa punk. Menurut mereka berjiwa Punk itu meniru dari budaya dari Inggris.

“Anak punk tersebut identitas yang ditonjolkan adalah dari gaya rambutnya, badan bertato, pakai anting serta identik dengan pakaian yang kumal,” terangnya.

Sutriyono juga mengungkapkan, setelah di data anak punk tersebut ternyata berasal dari berbagai wilayah diantaranya dari Denpasar, Brebes, Karawang, Lampung bahkan ada juga yang dari Padang maupun Medan. Menurut pengakuan dari salah satu anak punk yang berasal dari Denpasar Bali bernama Kadek Agung, ia mengaku merasa nyaman santai ketika berkumpul bersama teman-temannya, namun ketika saya sendirian dalam hati kecil saya merasa menyesal dan merasa berat dalam menjalani kehidupan ini.

Sementara Kades Cintaasih Kecamatan Cisurupan, Asep Rahmat Hidayat, menuturkan bahwa anak punk juga manusia, takut neraka dan ingin masuk surga, fisik dan penampilan belum tentu cerminan hati dan nurani karena jauh dari lubuk hatilah segala ke arifan dan kebijakan.

“Mungkin sudah menjadi pilihan hidup dan Tujuan hidupnya. Dengan berbagai faktor pendorong dan berbagai alasan, sepatu bot kulit adalah impian nya. Sekedar melengkapi penampilannya,” ungkap Kades.

Ditambahkan Kades, kebahagiaan mereka adalah sewaktu berkumpul dengan teman-temanmya. Meraka merasa utuh dan kuat. Berbagi beban hidup bersama teman-temannya itu.

‘Ada makna di balik semuanya, siapapun anda, siapapun kita, apapun latar belakang kita, jangan sia-siakan Hidup, karena hidup hanya sekali. Mau kemana dan mau jadi apa, sudahkah kita bermanfaat bagi diri kita sendiri bagi orang lain. Bagi orang-orang sekitar kita yang kita cintai dan sayangi, Pungkasnya (Ricky).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *