Meski Tanpa Bayaran, Sinta Virgianty Sang Guru PAUD Asal Garut Ini Tetap Bahagia Mengajar Anak Didiknya

MIMBAR EDUKASI1,424 views

HARIANGARUTNEWS.COM – Dewasa ini, menjadi guru tanpa pamrih jarang ditemukan. Apalagi di era yang serba digital. Ketika ada etiket baik guru-guru di pelosok, alangkah bijaknya jika pemerintah juga menyikapinya dengan tidak memandang sebelah mata. PAUD di daerah maupun di kota memiliki tujuan yang sama. Hal kecil yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengapresiasi keberadaan PAUD di daerah agar tetap bergairah bukan malah sebaliknya.

Seperti yang disampaikan seorang pengajar di dua lokasi PAUD, Sinta Virgianty (34), dengan segala keterbatasan yang ada, PAUD Qurrota A’yun di Kampung Cilolohan RT03/12 Desa Majasari Kecamatan Cibiuk dan PAUD Buana Pitaloka yang ada di Kampung Bantar Teureup RT01/04 Desa Cigagade, Kecamatan Blubur Limbangan, Kabupaten Garut masih tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar. Seakan, mereka tak peduli dengan keadaan yang serba kurang.

Keterbatasan jarak, tempat, dan dukungan pemerintah juga gaji ternyata tak meredupkan semangat guru yang saat ini sedang menyelesaikan kuliah di STAI Siliwangi tersebut. Dari binar mata mereka, tegas tak mau kalah oleh fasilitas. Sebuah pernyataan getir keluar dari bibir perempuan muda yang harus bolak-balik Cibiuk-Limbangan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak usia dini.

“Meski menumpang di madrasah, masih beruntung PAUD kita memiliki bangunan yang luas. Dibandingkan dengan PAUD lainnya yang menjadikan rumah sebagai tempat belajarnya. Pemerintah belum banyak memberikan dukungan pada PAUD ini,” seloroh Sinta tanpa beban.

Empat tahun sudah PAUD Buana Pitaloka berdiri dan telah memberikan napas segar bagi pendidikan anak usia dini. Sinta tak peduli meski kerap mondar-mandir di kedua lokasi PAUD yang memang jarak tempuhnya lumayan jauh. Anak-anak yang haus akan ilmu tetap bahagia dan menikmati tiap detik, menit dan jam bersama gurunya. Belajar hal-hal yang menyenangkan. Belajar menjadi seseorang yang kelak akan membanggakan kedua orang tua, bangsa dan negara.

“Gak ada gaji. Dari jumlah 10 murid hanya menyetor Rp15 ribu per bulan. Itupun kadang tidak penuh. Saya memaklumi dengan keadaan ekonomi mereka. Makanya uang yang dikenakan hanya Rp15 ribu. Tapi saya dan teman-teman bahagia bisa menjadi bagian dari keberhasilan anak-anak dalam mengentaskan pendidikan anak usia dini di sini,” tegas Ibu Sinta sambil senyum simpul.

Pantauan hariangarutnews.com, bagaimana kemudian menjalar pada keterkaitan pemerintah setempat pada pendidikan anak usia dini. Yang secara kasat mata belum mengapresiasi keberadaan PAUD Qurrota A’yun dan Buana Pitaloka dalam empat tahun ini. Menyaksikan kemirisan yang terjadi, Tim Redaksi Harian Garut News mencoba menghubungi dinas terkait.

Terpisah, Ketua PGRI Kabupaten Garut, Drs  H Mahdar Suhendar M Pd, setelah mendengar kabar adanya guru PAUD yang mengajar di dua lokasi dengan jarak tempuh yang cukup jauh, pihaknya mengatakan akan meminta bantuan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Garut dan mengintruksikan kepada PGRI Kecamatan agar memperhatikan keberadaan guru PAUD yang ada di daerah tersebut.

“Ini patut diapresiasi. Kita akan memperjuangkan bagi kesejahteraan Guru PAUD yang telah bekerja keras untuk mendidik putera-puteri masa depan bangsa ini. Apalagi dengan jarak tempuh yang cukup jauh dari PAUD satu ke tempat lainnya, tentunya membutuhkan dukungan dari semua pihak. Baik pihak Desa, PGRI Kecamatan bahkan kalau perlu kita minta bantuan Baznas Garut dan bapak Bupati,” tandas Mahdar. (Igie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *