Agar Tetap Bisa Sekolah, Siswa Di Garut Bantu Orang Tua Bikin Dompet

HARIANGARUTNEWS.COM – Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Santana Cibatu, Kabupaten Garut, Dede Rizki dan Aa Diki, dengan segala keterbatasan ekonomi orang tuanya yakni Mahdi dan Nyinyi, kedua anak ini harus rela membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan menjadi seorang buruh pembuat kerajinan dompet di kampungnya, yakni di Kampung Selaawi, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibatu.

Bekerja sebagai buruh pengrajin dompet mereka lakukan setiap hari sepulang sekolah. Dede Rizki dan Aa Diki bertugas memasangkan asesoris dompet yang hampir rampung di produksi oleh orang tuanya.

Saat ditemui media, Dede Rizki (16) mengatakan, sudah sejak dua tahun yang lalu ia menekuni kerja kerajinan dompet ini, saat masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Yang mana upah hasil pembuatan dompetnya semuanya di bayarkan untuk kebutuhan sekolah.

“Ini untuk meringankan beban kedua orangtua saya, dalam membiayai hidup termasuk membiayai sekolah,” ujarnya, Minggu (20/10).

Rizki mengaku, setiap hari bersama adiknya bekerja untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan proses pembuatan dompet. Yang mana pekerjaan pembuatan dompet tersebut sebenarnya milik orang lain.

“Ini bukan modal sendiri, kami hanya menerima menerima pekerjaan saja. Jadi hanya mendapatkan upah yang hanya cukup untuk membiayai hidup keluarga,” kata Rizki.

Keinginan lain diungkapkan Aa Diki, yang mengutarakan harapannya agar pemerintah bisa melirik dan memberikan bantuan permodalan, agar ayahnya bisa membuka konveksi pembuatan dompet sendiri tidak menjadi pegawai orang lain.

“Kalau punya modal sendiri kan bisa dipasarkan sendiri, ada peningkatan keuntungan tentunya untuk keluarga kami tidak seperti kondisi sekarang, hanya mengandalkan upah,” ucapnya.

Sementara Mahdi menuturkan, dirinya sangat berharap sekali adanya bantuan permodalan dari pihak pemerintah, agar kebutuhan ekonomi sehari-hari keluarganya termasuk biaya sekolah bisa teratasi.

“Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah ini didapat karena setiap menerima upah langsung di bayarkan baik pada warung dan biaya anak-anak ke sekolah,” kata Mahdi.

Dikatakan Mahdi, bekerja sebagai buruh pengrajin dompet imitasi sudah ditekuninya lebih dari 10 tahun yang lalu.

“Saya hanya dikirim bahan oleh bos, lalu saya dengan anak saya melakukan produksi sesuai dengan model tahun sekarang. Kalau upah dihitung dari jumlah dompet yang diselesaikan,” pungkasnya Mahdi. (Firman)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *