Kerajaan Sriwijaya Tidak Fiktif, Ridwan Saidi Jangan Asal Bicara

FOKUS3,053 views

Oleh : Kiagus Tevy Musputra Kusuma SH (Pakar Ilmu Hukum)

HARIANGARUTNEWS.COM – Warga dan Tokoh Budayawan khususnya di Provinsi Sumatera Selatan bereaksi keras, hatinya terusik oleh pernyataan budayawan Betawi Ridwan Saidi, yang mengatakan Kerajaan Sriwijaya fiktif adalah ngawur dan tidak bisa diterima.

Kiagus Tevy Musputra Kusuma SH, warga keturunan asli Palembang, Sumatera Selatan, yang sekarang tinggal di Kota Garut, menyoroti pernyataan Ridwan Saidi. Dia mengaku merasa tidak terima dan harus di clearkan bahwa pernyataan Budayawan Betawi ini salah.

“Ucapan dari budayawan Ridwan Saidi yang menyebut bahwa Kerajaan Sriwijaya Fiktif harus diluruskan jangan sampai terjadi upaya pihak lain untuk memprovokasi yang akhirnya memecah belah keutuhan bangsa ini,” ucap Kiagus, Jum’at (30/08), Putra Daerah kelahiran Palembang sekaligus Pakar Ilmu Hukum.

Candi Muara Takus

Selanjutnya dia memaparkan, kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan bahari bercorak Hindu-Budha yang berpusat di Palembang di pulau Sumatera, Indonesia. Sriwijaya berdiri sekitar tahun 683 Masehi sampai 1025 Masehi. Wilayah kekuasaan Sriwijaya mencapai Sumatera dan Jawa ditambah Thailand, Kamboja dan Semenanjung Malaya.

“Pusat kerajaan Sriwijaya ada di Palembang yang kini terletak di Sumatera Selatan. Kerajaan ini memang memberi banyak pengaruh dengan daerah kekuasaan yang membentang. Sriwijaya dikenal karena kekuatan armada bahari atau kelautan yang kuat, bahkan menjadi pusat pelabuhan untuk dagang,” beber Kiagus.

Dia menerangkan, bahwa bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya itu memang betul ada dari beberapa macam bukti-bukti, seperti halnya Arca Ganesha yang disimpan pada Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang dan kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

“Arca Ganesha adalah salah satu dewa panutan agama Hindu, dalam suatu bangunan candi biasanya sering sekali ditemukan. Arca ini ditemukan di daerah Pagaralam yang terbuat dari batu andesit, lalu ada lagi Prasasti Kedukan Bukit,” terangnya.

Arca Ganesha

Prasasti Kedukan Bukit, kata dia, ditemukan tanggal 29 November 1920 oleh M Batenburg di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, lebih tepatnya di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi.

“Prasasti ini memiliki ukuran 45 cm x 80 cm memakai bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Isi dari prasasti ini menceritakan tentang seorang utusan Kerajaan Sriwijaya yakni Dapunta Hyang yang mengadakan Sidhayarta atau perjalanan suci memakai perahu. Dalam perjalanan tersebut, ia didampingi dengan 2000 pasukan dan berhasil menaklukan beberapa daerah lainnya dan prasasti tersebut kini juga tersimpan di Museum Nasional Jakarta,” papar Kiagus.

Kemudian, lanjut Kiagus, Candi Muara Takus merupakan salah satu candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Lokasi Candi Muara Takus terletak di Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini menjadi satu-satunya candi dengan corak Budha di Riau dengan beberapa bangunan terdiri dari candi sulung, candi bungsu, mahligai stupa, dan palangka. Candi ini dinobatkan sebagai salah satu warisan dunia sejak tahun 2009 oleh UNESCO.

Prasasti Kedukan Bukit

“Masih banyak lagi bukti-bukti sejarah Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan seperti Prasasti-prasasti, Arca, dan Candi lainnya yang kondisinya tersebar di beberapa daerah seperti di Pagaralam, Musi Rawas, bangka, lampung, Jambi, hingga Riau, dan Sumatera Utara,” tandasnya.

Kiagus Tevy Musputra Kusuma SH, sebagai Putra daerah Palembang, Sumatera Selatan dan Pengamat Hukum di Kota Garut berpesan, alangkah baiknya Ridwan Saidi sebagai Budayawan, sebaiknya Jangan asal berbicara dalam memberikan keterangan, hanya didasari “hasil penelitian” dan hasil membaca beberapa buku saja tetapi sambil meninjau langsung ke Lokasi-lokasi dimana bukti-bukti nyata kerajaan sriwijaya itu berada.

“Sehingga keterangan yang diberikan tersebut bukanlah Hoaxs. Saya juga menghimbau kepada semua masyarakat Sumatera selatan dimanapun berada, agar tidak mudah terprovokasi dengan ucapan budayawan ini. Mari kita jaga bersama-sama keamanan dan ketertiban dalam bermasyarakat. Saya juga belajar sejarah kerajaan Sriwijaya dan tahu bukti-bukti yang saya paparkan yang menguatkan tentang keberadaan kerajaan Sriwijaya. Bukti prasasti dan yang lainnya saya tahu persis,” tandas Kiagus.

Alih-alih ternyata dia juga mengaku, namanya pun yang berawalan “Kiagus” ini secara jelasnya berasal dari kata “Kibagus”, ini merupakan nama marga keturunan di Palembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *