Dalih Study Banding Padahal Piknik, FMPG Desak Insfektorat Lakukan Audit

HARIANGARUTNEWS.COM – Desa Ponggok, Klaten Jawa Tengah, berhasil mengubah dari desa termiskin menjadi desa terkaya dan mampu mensejahterakan rakyat desanya. Bahkan, banyak pemerintah desa yang melakukan study banding untuk mengadopsi pemerintahannya sehingga bisa di ikuti oleh pemerintah desa yang ada di Indonesia.

Salah satu keberhasilan Desa Pongok adalah mampu meningkatkan pendapatan desa dari Rp120 juta per tahun, bahkan di tahun 2017 sudah mencapai Rp 12 miliar.

Keberhasilan pemerintah desa pongok, terus di jadikan salah satu daerah untuk di jadikan study banding. Yang mana belum lama ini seluruh perangkat desa dan Kepala desa 13 desa yang ada di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, berbobondong-bondong study banding dengan menghabiskan anggaran sebesar ratusan juta.

“Ya, memang 13 desa sudah study banding ke desa pongok, Jawa Tengah. Mereka mengalokasikan anggaran mencapai ratusan juta. hanya saja Desa Simpen Kaler saja yang tidak ikut. Karena dalam APBDES tidak dianggarkan,” ujar Sekretaris Desa Simpen Kaler, Yogi, Sabtu (27/7/2019).

Dikatakan Yogi, study banding ke Desa Pongok yang dilakukan 13 desa di Kecamatan Limbangan, merupakan kerjasama yang dilakukan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) termasuk yang ikut Ketua Apdesi Kecamatan Limbangan.

Sementara berdasarkan informasi yang dihimpun, dalam study banding 13 desa yang berangkat ke Desa Pongok terdapat sejumlah rekan media yang ikut. Yang mana mereka berdalih untuk mendampingi dalam kegiatan study banding tersebut.

Namun kegiatan study banding yang dilakukan oleh para Kepala Desa tersebut dilakukan saat hari libur. Jangan sampai study banding merupakan dalih untuk study tour belaka yang tidak ada manfaatnya untuk kemajuan desa.

Forum Masyarakat Peduli Garut (FMPG) Rawink Rantik, menilai, kegiatan study banding yang dilakukan oleh para Kepala Desa dan pernagkatnya dengan alasan untuk meningkatkan kinerja desa memang benar terjadi dan ada manfaatnya bagi pemerintah desa.

“Harus jelas, jangan sampai hanya penghamburan biaya saja. Kita akan meminta insfektorat untuk mengaudit penggunaan anggarannya. Jangan sampai masyarakat hanya di kelabui dengan kegiatan study banding,” cetusnya.

Sementara anggota BPD Desa Limbangan Tengah, Kurnaedi, mempertanyakan kegiatan study banding yang dilakukan ke desa pongok. Yang mana apakah hasilnya bisa meningkatkan PAD Desa seperti yang dilakukan pemerintahan desa Pongok. Jangan sampai study banding itu merupakan rekreasi belaka.

“Apa saja yang akan diterapkan hasil dari study banding tersebut, misalnya potensi apa saja yang bisa di terpakan di Kecamatan Limbangan dalam meningkatak PAD Desa,” katanya.

Ia juga berharap, pemerintah desa yang telah melakukan study banding, bisa mengadopsi keberhasilan-keberhasilan desa pongok tersebut untuk di implementasikan di Limbangan. “Kalau memang tidak bisa di implementasikan, buat apa study banding lebih baik anggarannya dipergunakan untuk membangun desa,”

Sementara di Kecamatan Cibatu, sebanyak 10 desa saat ini tengah melakukan study banding ke Desa Pongok, Klaten Jawa Tengah. Hany saja disayangkan study banding dilakukan pada hari libur. (DAUS)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *