Mengenal Sosok Adin Saripudin, Kades yang Rendah Hati dari Garsel

TOKOH DAN OPINI1,288 views

Menjadi kepala desa karena didapuk warganya tak membuat pria kelahiran Cisompet, 2 Oktober 1967 ini lalai dalam memajukan desa yang dipimpinnya. Adalah Adin Saripudin yang kini mendapatkan amanah memimpin  Desa Neglasari, Kecamatan Cisompet, sebuah desa nan asri di kawasan Garut selatan (Garsel).

“Lebih baik bau mati daripada bau hidup.” Itulah prinsip filosofis  ayah dari tiga putra ini. Saat ini ia bersama warganya tengah giat membangun infrastruktur jalan desa yang menjadi aspirasi warga setempat. Sebelumnya akses jalan tersebut rusak, sehingga menyulitkan warga beraktivitas.

Adin mengaku, awalnya saya kurang optimis untuk mencalonkan diri. Permasalahan minim biaya menjadi hal klasik yang dihadapi saat itu. “ Namun warga meemberikan dukungan dan kepercayaan penuh sehingga membuat saya mantap maju untuk mencalonkan diri,” tandasnya.

Mantan Ketua BPD Desa Neglasari ini mengisahkan, sebelum menjadi kepala desa dirinya menekuni profesi sebagai penarik ojeg motor di lingkungan sekitar.

“Saya hanya punya modal kampanye sebesar Rp 11 juta.  Biaya sebesar itupun dikeluarkan plus biaya sertijab kepala desa. Selain itu, kampanye pun dilakukan hanya tiga hari saja. Sementara saingan saya menghabiskan dana kampanye sampai Rp 300 juta,” kenang pria lulusan SMA PGRI Garut tahun 1988 ini.

Kini perlahan-lahan tapi pasti, kades yang dilantik 2015 lalu ini terus membenahi berbagai sarana dan prasarana desanya. Berbagai kegiatan pemerintahan desa yang kini tengah digenjotnya ialah membangun jalan desa, drainase serta pemberdayaan masyarakat adalah.

Suami dari Hayati ini dikenal amanah dalam merealisasikan anggran pemerintahannya, termasuk dalam pengguinaan dana desa.

Menurutnya, banyak suka maupun duka menjadi seorang kepala desa. Bijak dalam mensikapi setiap persoalan yang muncul serta selalu hadir di tengah-tengah masyarakat menjadi salah satu modal kuatnya untuk membangun kondusifitas desanya.

“Jangankan berbuat kesalahan, melakukan kebenaran pun kerap dipandang salah. Setiap gerak langkah kemanapun akan menjadi perhatian masyarakat tak hanya di satu desa tapi menjadi perhatian bagi tetangga desa-desa lainnya. Itulah konsekwensi menjadi seorang pemimpin,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *